Selasa, 21 Oktober 2008

REKAM JEJAK ALUMNI MST PARABEK, Adam Malik


Adam Malik, Hidup bukan untuk makan tapi untuk berjuang.

ADA salah satu ucapan Adam Malik yang sering diulangnya. "Hidup bukan untuk makan, tapi untuk berjuang". Sampai ia meninggal, 5 September 1984, Adam Malik seakan ingin terus membuktikan ucapannya itu. Sekalipun secara medis kanker hati yang dideritanya diperkirakan tak akan tersembuhkan, ia tetap optimistis.Dan terus berjuang. Sampai saat-saat terakhirnya la masih terus berbicara mengenai masalah bangsa, negara,danperjuangan.

Nasib rakyat memang menjadi obsesi Adam Malik sejak ia masih remaja. Lahir di Pematangsiantar, 1917,Adam Malik sempat menyelesaikan sekolah HIS karena ayahnya, Haji Abdul Malik, seorang pedagang yangtergolong mampu. Setelah setahun belajar di Sekolah Agama Parabek di Bukittinggi, ia berpindah ke sekolah agama lain, AlMasrullah, di Tanjungpura, Langkat. Di sini Adam Malik merasa tak betah dengan suasana feodalnya. Ia keluar dan, agar lebih leluasa bergerak, membuka sebuah toko cabang milik ayahnya. "Toko Murah itu sendiri bagi saya bukanlah tujuan, tapi hanya alat untuk mencapai tujuan," tulis Adam Malik dalam bukunya Mengabdi Republik.

Dizaman Jepang Adam Malik aktif bergerilya dalam pergerakan pemuda memperjuangkan kemerdekaan. Menjelang 17 agustus, bersama Sukarni, Chairul Saleh dan Wikana, Adam Malik pernah menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memaksa mereka memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia.

Kemahirannya memadukan diplomasi dan media massa mengantarkan beliau menimba berbagai
pengalaman, sebagai Duta besar, Menteri, Ketua DPR hingga menjadi Wakil Presiden. Pada akhir 1950, beliau sebagai Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet dan Polandia. Beliau merupakan ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia- Belanda, untuk penyerahan Irian Barat di tahun 1962. Pada saat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri pada periode 1966 - 1978, bersama para Menteri Luar Negeri dari Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand, beliau turut mempelopori terbentuknya ASEAN di Bangkok, Thailand pada tahun 1967. Beliau juga mendapatkan kepercayaan sebagai Ketua Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa ke-26 pada tahun 1971-1972 di New York, Amerika Serikat.

Banyak jabatan penting yang telah diemban oleh beliau, namun diakhir hayatnya mantan wapres Adam Malik hanya menggunakan pakaian kaus oblong dan sarung Bugis biru.
(Ditulis dari berbagai sumber, baik media cetak, internet maupun media lainnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan Komentar anda disini