Jumat, 14 Agustus 2009

Kamis, 13 Agustus 2009

Silaturrahmi Alumni MST Parabek Jabotabek



Assalamu'alikum..
Undangan Terbatas
kepada seluruh alumni Parabek seluruh tingkatan.... diharapkan kehadirannya pada acara temu alumni parabek yang insya Allah akan diadakan pada:

Hari/Tanggal : Senin, 17 Agustus 2009
Pukul : 13.00 Wib siang s.d selesai
Tempat : Dewan Dakwah Indonesia Jl. Kramat Raya Jakarta Pusat
Agenda : Silaturrahmi dan Pembahasan Peran dan Program Alumni Parabek Ke depan
Undangan : Insya Allah akan dihadiri oleh alumni parabek angkatan 1960-an sampai angkatan 2009 dan Ketua Yayasan Parabek

Mengingat acara ini penting dan tempat yang terbatas, bagi alumni yang ingin menghadiri acara ini di persilahkan untuk melaporkan diri kepada Taufik Hidayat email ke taufik_yat@yahoo.com

terimakasih...

wassalam

Taufik Hidayat

NB.... acara pertemuan alumni dimulai pukul 11.30... diawali dengan makan siang bersama....

Selengkapnya...

Sabtu, 03 Januari 2009

MST Parabek Online

MST Parabek Offically Web udah dibisa diakses di Thawalib Parabek . Lumayan bagus kontennya, mudah-mudahan bisa menjadi sarana informasi madrasah untuk kalangan cyber.
Selamat Selengkapnya...

Rabu, 12 November 2008

Jumat, 31 Oktober 2008

ABU NAWAS, Bahaya KKN

KPK (Komite Pemberantasan Korupsi) saat ini sangat gencar memberantas dan menkampanyekan bahaya KKN dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Abu Nawas memberikan pelajaran berharga untuk para pelaku KKN. Ikutilah kisah berikut ini :

Pembawa kabar baik bagi Sultan biasanya mendapatkan hadiah dari Sultan. Abu Nawas memiliki kabar baik untuk Sultan. maka ia pergi ke istana untuk untuk menyampaikannya. Didepan gerbang masuk istana ia dihadang penjaga "mas mau kemana sampean?" tanya penjaga gerbang.
Abu Nawas menjawab "mau menghadap sultan!" ujarnya.
"Mau ngapain?"
"Mau menyampaikan kabar baik buat sultan."
"Mas sampean boleh saja menemui Sultan tapi dengan syarat"
"Syaratnya apaan?"
"Syaratnya adalah kalau mas dapat hadiah dari sultan separohnya buat saya,"
Sejenak Abu Nawas berfikir, lantas sambil tersenyum ia menjawab, "oke saya janji". Abu Nawas masuk ke istana tanpa dihalangi penjaga gerbang. Sesampainya didepan Sultan, Abu Nawas menceritakan kabar baik, Sultan kelihatan gembira mendengar cerita Abu Nawas. "Pilih sendiri, hadiah apa yang kau inginkan,"katanya.
"Lima puluh cambukan," jawab Abu Nawas.
Usai dicambuk Abu Nawas keluar istana. Ketika sampai di pintu gerbang istana, ia dicegat oleh penjaga.
"Hai Abu Nawas! ketika hendak masuk ke stana ini kita telah mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu itu? Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian, aku satu bagian. Nah, sekarang mana bagianku itu?"
"Hai penjaga pintu gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah
Baginda yang diberikan kepada tadi?"
"lya, tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?"
"Baik, aku berikan separoh hadiah yang kuterima dari Sultan!"
"Wah ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu, kau kan sudah sering menerima hadiah dari Baginda."
Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sepotong kayu lalu penjaga itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.Tentu saja orang itu
menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila dan mengadukan kelakuan Abu Nawas itu kepada Sultan.
"Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba datang kemari mengadukan Abu Nawas yang telah memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda."
Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah
Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya."Hai Abu Nawas! Benarkah kau
telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali
pukulan?"
Berkata Abu Nawas,"Ampun Tuanku, hamba melakukannya karena sudah sepatutnya dia menerima pukulan itu."
"Apa maksudmu? Coba kau jelaskan sebab musababnya kau memukuli orang
itu?" tanya Baginda.
"Tuanku,"kata Abu Nawas."Hamba dan penunggu pintu gerbang ini telah
mengadakan perjanjian bahwa jika hamba diberi hadiah oleh Baginda maka
hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu bagian untuknya satu bagian untuk saya.
Nah pagi tadi hamba menerima hadiah lima puluh kali pukulan, maka saya
berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulan kepadanya sesuai dengan janji saya."
"Hai penunggu pintu gerbang, benarkah kau telah mengadakan perjanjian seperti itu dengan Abu Nawas?" tanya Baginda.
"Benar Tuanku,"jawab penunggu pintu gerbang.
"Tapi hamba tiada mengira jika Baginda memberikan hadiah pukulan."
"Hahahahaha Dasar tukang peras, sekarang kena batunya kau!"sahut Sultan."Abu Nawas tiada bersalah, bahkan sekarang aku tahu bahwa penjaga pintu gerbang istana adalah orang yang suka narget, suka memeras orang! Kalau kau tidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh aku akan memecat dan menghukum kamu!"
Selengkapnya...

Kamis, 30 Oktober 2008

ABU NAWAS, Mengecoh raja

Sudah menjadi hukum bagi siapa saja yang tidak sanggup melaksanakan titah Baginda, maka tak disangsikan lagi ia akan mendapat hukuman. Baginda tahu Abu Nawas amat takut kepada beruang. Suatu hari Baginda memerintahkan prajuritnya menjemput Abu Nawas agar bergabung dengan rombongan Baginda Raja Harun Al Rasyid berburu beruang. Abu Nawas merasa takut dan gemetar tetapi ia tidak berani menolak perintah Baginda. Dalam perjalanan menuju ke hutan, tiba-tiba cuaca yang cerah berubah menjadi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengan penuh rasa hormat Abu Nawas mendekati Baginda. "Tahukah mengapa engkau aku panggil?" tanya Baginda tanpa sedikit pun senyum diwajahnya."Ampun Tuanku, hamba belum tahu." kata Abu Nawas."Kau pasti tahu bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Hutan masih jauh dari
sini. Kau kuberi kuda yang lamban. Sedangkan aku dan pengawal-pengawalku
akan menunggang kuda yang cepat. Nanti pada waktu santap siang kita berkumpul di tempat peristirahatanku. Bila hujan turun kita harus menghindarinya dengan cara kita masing-masing agar pakaian kita tetap kering."Sekarang kita berpencar." Baginda menjelaskan.Kemudian Baginda dan rombongan mulai bergerak. Abu Nawas kini tahu
Baginda akan menjebaknya. la harus mancari akal. Dan ketika Abu Nawas
sedang berpikir, tiba-tiba hujan turun.Begitu hujan turun Baginda dan rombongan segera memacu kuda untuk mencapai tempat perlindungan yang terdekat. Tetapi karena derasnya hujan, Baginda dan para pengawalnya basah kuyup. Ketika santap siang tiba Baginda segera menuju tempat peristirahatan. Belum sempat baju Baginda dan para
pengawalnya kering, Abu Nawas datang dengan menunggang kuda yang lamban.
Baginda dan para pengawal terperangah karena baju Abu Nawas tidak basah.
Padahal dengan kuda yang paling cepat pun tidak bisa mencapai tempat
berlindung yang paling dekat. "Terus terang begaimana caranya menghindari hujan, wahai Abu Nawas." tanya Baginda. "Mudah Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas sambil tersenyum."Sedangkan aku dengan kuda yang cepat tidak sanggup mencapai tempat
berteduh terdekat, apalagi dengan kuda yang lamban ini." kata Baginda. "Hamba sebenarnya tidak melarikan diri dari hujan.Tetapi begitu hujan turun hamba secepat mungkin melepas pakaian hamba dan segera melipatnya, lalu mendudukinya. Ini hamba lakukan sampai hujan berhenti." Diam-diam Baginda Raja mengakui kecerdikan Abu Nawas.

Melihat masalah dari berbagai sisi dapat membuka pikiran menemukan solusi yang tepat.
Selengkapnya...

ABU NAWAS, Selalu ada solusi

Selalu ada solusi disetiap masalah kehidupan, ikuti kisah Abu Nawas berikut ini dan temukan solusinya.

Mimpi buruk yang dialami Baginda Raja Harun Al Rasyid berdampak buruk bagi Abu Nawas Dia diusir dari negeri Baghdad. Abu Nawas tidak berdaya.Bagaimana pun ia harus segera menyingkir meninggalkan negeri Baghdad hanya karena mimpi. Masih jelas terngiang ngiang kata-kata Baginda Raja di telinga Abu Nawas.
"Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tua. la mengenakan jubah putih. la berkata bahwa negerinya akan ditimpa bencana bila orang yang bernama Abu Nawas masih tetap tinggal di negeri ini. la harus diusir dari negeri ini sebab orang itu membawa kesialan. ia boleh kembali ke negerinya dengan syarat tidak boleh dengan berjalan kaki, berlari, merangkak, melompat lompat dan menunggang keledai atau binatang tunggangan yang lain."
Dengan bekal yang diperkirakan cukup Abu Nawas mulai meninggalkan rumah dan istrinya. Istri Abu Nawas hanya bisa mengiringi kepergian suaminya dengan deraian air mata.
Sudah dua hari penuh Abu Nawas mengendarai keledainya. Bekal yang dibawanya mulai menipis. Abu Nawas tidak terlalu meresapi pengusiran dirinyadengan kesedihan yang terlalu mendalam. Sebaliknya Abu Nawas merasa
bertambah yakin bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa akan segera menolong keluar dari kesulitan yang sedang melilit pikirannya. Bukankah tiada seorangteman pun yang lebih baik daripada Allah SWT dalam saat-saat seperti itu? Setelah beberapa hari Abu Nawas berada di negeri orang, ia mulai diserang rasarindu yang menyayat-nyayat hatinya yang paling dalam. Rasa rindu itu makin lama makin menderu-deru seperti dinginnya jamharir. Sulit untuk dibendung.Memang, tak ada jalan keluar yang lebih baik daripada berpikir. Tetapi dengan akal apakah ia harus melepaskan diri? Begitu tanya Abu Nawas dalam hati.Apakah aku akan meminta bantuan orang lain dengan cara menggendongku dari negeri ini sampai ke istana Baginda? Tidak! Tidak akan ada seorang pun yang sanggup melakukannya. Aku harus bisa menolong diriku sendiri tanpa melibatkan orang lain. Pada hari kesembilanbelas Abu Nawas menemukan cara lain yang tidak termasuk larangan Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah segala sesuatunyadipersiapkan, Abu Nawas berangkat menuju ke negerinya sendiri. Perasaan rindu dan senang menggumpal menjadi satu. Kerinduan yang selama ini melecut-lecut semakin menggila karena Abu Nawas tahu sudah semakin dekat dengan kampung halaman.Mengetahui Abu Nawas bisa pulang kembali, penduduk negeri gembira. Desas-desus tentang kembalinya Abu Nawas segara menyebar secepat bau semerbak bunga yang menyerbu hidung.Kabar kepulangan Abu Nawas juga sampai ke telinga Baginda Harun Al Rasyid.Baginda juga merasa gembira mendengar berita itu tetapi dengan alasan yang sama sekali berbeda. Rakyat gembira melihat Abu Nawas pulang kembali,karena mereka mencintainya. Sedangkan Baginda Raja gembira mendengar Abu Nawas pulang kembali karena beliau merasa yakin kali ini pasti Abu Nawas tidak akan bisa mengelak dari hukuman. Namun Baginda amat kecewa dan merasa terpukul melihat cara Abu Nawas pulang ke negerinya. Baginda sama sekali tidak pernah membayangkan kalau Abu Nawas ternyata bergelayut di bawah perut keledai. Sehingga Abu Nawas terlepas dari sangsi hukuman yang akan dijatuhkan karena memang tidak bisa dikatakan telah melanggar larangan Baginda Raja. Karena Abu Nawas tidak mengendarai keledai
Selengkapnya...

Abu Nawas

Orang Indonesia begitu akrab dengan sosok Abu Nawas (nama ini jauh lebih populer dibanding nama aslinya) lewat cerita-cerita humor bijak dan sufi. Sejatinya, penyair yang bernama lengkap Abu Nuwas Al-Hasan bin Hini Al-Hakami itu memang seorang humoris yang lihai dan cerdik dalam mengemas kritik berbungkus humor.

Penyair yang dikenal cerdik dan nyentrik itu tak diketahui secara pasti tempat dan waktu kelahirannya. Diperkirakan, Abu Nuwas terlahir antara tahun 747 hingga 762 M. Ada yang menyebut tanah kelahirannya di Damaskus, ada pula yang meyakini Abu Nuwas berasal dari Bursa. Versi lainnya menyebutkan dia lahir di Ahwaz.

Yang jelas, Ayahnya bernama Hani seorang anggota tentara Marwan bin Muhammad atau Marwan II- Khalifah terakhir bani Umayyah di Damaskus. Sedangkan ibunya bernama Golban atau Jelleban seorang penenun yang berasal dari Persia. Sejak lahir hingga tutup usia, Abu Nuwas tak pernah bertemu dengan sang ayah.

Ketika masih kecil, sang ibu menjualnya kepada seorang penjaga toko dari Yaman bernama, Sa'ad Al-Yashira. Abu Nuwas muda bekerja di toko grosir milik tuannya di Basra, Irak. Sejak remaja, otak Abu Nuwas yang encer menarik perhatian Walibah ibnu A-Hubab, seorang penulis puisi berambut pirang. Al-Hubab pun memutuskan untuk membeli dan membebaskan Abu Nuwas dari tuannya.

Sejak itu, Abu Nuwas pun terbebas dari statusnya sebagai budak belian. Al-Hubab pun mengajarinya teologi dan tata bahasa. Abu Nuwas juga diajari menulis puisi. Sejak itulah, Abu Nuwas begitu tertarik dengan dunia sastra. Ia kemudian banyak menimba ilmu dari seorang penyair Arab bernama Khalaf Al-Ahmar di Kufah.

Sang guru memerintahkannya untuk berdiam di padang pasir bersama orang-orang badui untuk mendalami dan memperhalus pengetahuan bahasa Arabnya selama satu tahun. Setelah itu, dia hijrah ke Baghdad yang merupakan metropolis intelektual abad pertengahan di era kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Karir Abu Nuwas di dunia sastra pun makin kinclong setelah kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun Al-Rasyid. Melalui perantara musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas akhirnya didapuk menjadi penyair istana (sya'irul bilad). Abu Nawas pun diangkat sebagai pendekar para penyair. Tugasnya menggubah puisi puji-pujian untuk khalifah.Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi membuatnya menjadi seorang legenda. Namanya juga tercantum dalam dongeng 1001 malam. Meski sering ngocol, ia adalah sosok yang jujur. Tak heran, bila dia disejajarkan dengan tokoh-tokoh penting dalam khazanah keilmuan Islam. Pada postingan berikutnya kita dapat menyaksikan kepiawaian Abu Nawas dalam menyelesaikan persoalan, mengritik pedas penguasa dengan bahasa humor. Tulisan ini disarikan dari beberapa sumber seperti buku, ebook, dan internet. Selamat menikmati.
, Selengkapnya...

Selasa, 28 Oktober 2008

Ebook Islami bag. 3

4. Bulughul Marom (Terjemahan Indonesia)

Penulis: Ibnu Hajar al 'Asqolani
Penerbit : Darul 'Aqidah, Mesir, cet. .1,1 423H /2003 M
Darul Kutub a1-'Ilmilyah, 1417 H11997 M
Judul Edisi Indonesia: TERJEMAHAN BULUGHUL MAROM
Penerjemah dan Muroja'ah: Ust. Badru Salam, Lc

Buluughul Marom merupakan salah satu karya fenomenal dari al-Hafizh lbnu IIajar al Asqolani. Setelah Syarah(penjelasan)Shohiih Al-Bukhori, yaitu Fathul Baari. Kitab ini beliau tulis berdasarkan hafalan beliau tanpa melihat ke kitab aslinya. Sungguh mulia beliau yang telah menghafal sekian ribu hadits lalu mengajarkannya Begitupun hingga kini berapa banyak ustadz dan kiai yang telah dan sedang mengajarkan kitab ini kepada kaum muslimin. Semua itu mudah mudahan Alloh membalas dengan kebaikan yang berlipat lipat ganda kepada al Hafizh Ibnu Hajar. Download Ebook Bulughul Marom Selengkapnya...